Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian, termasuk skripsi di bidang komputer. Kerangka ini berfungsi sebagai fondasi yang membantu peneliti menjelaskan fenomena yang diteliti dan menjadi pijakan dalam menganalisis data yang didapatkan. Artikel ini akan membahas bagaimana membangun kerangka teoritis dalam penelitian skripsi mahasiswa bidang komputer, disertai dengan contoh serta model tahapan yang bisa digunakan.

Pengertian Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah representasi konseptual dari teori-teori yang mendasari penelitian. Kerangka ini merangkum konsep-konsep utama dan bagaimana hubungan antara konsep-konsep tersebut dalam konteks penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian komputer, kerangka teoritis bisa melibatkan teori-teori dari ilmu komputer, sistem informasi, ilmu data, kecerdasan buatan, jaringan komputer, atau bidang terkait lainnya, tergantung pada topik penelitian.

Fungsi Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis berfungsi untuk:
  • Menyediakan dasar teori yang kuat untuk penelitian.
  • Membantu mengidentifikasi variabel-variabel penelitian.
  • Menjelaskan hubungan antar variabel atau komponen yang diteliti.
  • Mengarahkan metode pengumpulan dan analisis data.
  • Memperkuat interpretasi hasil penelitian.

Langkah-Langkah dalam Membuat Kerangka Teoritis

Berikut adalah tahapan dalam menyusun kerangka teoritis yang komprehensif untuk penelitian di bidang komputer:

a. Identifikasi Topik Penelitian

Tahap awal dalam menyusun kerangka teoritis adalah mengidentifikasi topik penelitian. Dalam bidang komputer, topik bisa mencakup berbagai subdisiplin, seperti:
  • Pengembangan perangkat lunak: misalnya, metode agile, waterfall, atau model DevOps.
  • Kecerdasan buatan (AI): mencakup pembelajaran mesin (machine learning), deep learning, atau natural language processing.
  • Sistem informasi: analisis dan desain sistem, implementasi sistem manajemen basis data, dsb.
  • Keamanan siber (cybersecurity): metode kriptografi, serangan siber, firewall, dan lain-lain.
Contoh topik: Implementasi Algoritma Naive Bayes untuk Klasifikasi Email Spam.

b. Tinjauan Literatur

Lakukan tinjauan literatur untuk mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan topik yang diteliti. Tinjauan literatur membantu mengidentifikasi:
  • Teori dasar dan model yang sudah ada terkait topik.
  • Variabel yang mungkin terkait dengan penelitian.
  • Riset sebelumnya yang dapat dijadikan referensi atau perbandingan.
Dalam penelitian Naive Bayes misalnya, peneliti dapat meninjau teori-teori terkait:
  • Teori probabilitas: Karena Naive Bayes berdasarkan prinsip probabilitas.
  • Algoritma klasifikasi: Mengulas beberapa algoritma yang sejenis untuk perbandingan.
  • Sistem deteksi spam: Meneliti penelitian yang membahas implementasi Naive Bayes dalam mendeteksi spam.

c. Identifikasi Variabel atau Komponen Kunci

Dari tinjauan literatur, identifikasi variabel atau komponen kunci yang akan diteliti. Misalnya, dalam contoh klasifikasi email spam menggunakan Naive Bayes, variabelnya bisa mencakup:
  • Variabel input: Fitur-fitur dari email (frekuensi kata-kata, panjang email, header email).
  • Variabel output: Klasifikasi email (spam atau non-spam).

Selain itu, variabel lain yang berhubungan dengan proses implementasi seperti:
  • Akurasi algoritma: Seberapa tepat klasifikasi yang dilakukan oleh Naive Bayes.
  • Kecepatan pemrosesan: Seberapa cepat algoritma dalam memproses data.

d. Membangun Hubungan Antar Variabel

Setelah mengidentifikasi variabel, langkah selanjutnya adalah menjelaskan hubungan antar variabel. Kerangka teoritis harus menggambarkan hubungan logis antar variabel berdasarkan teori yang telah dikaji.

Dalam kasus penelitian Naive Bayes untuk klasifikasi email, hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:
  • Algoritma Naive Bayes menggunakan fitur dari email untuk menghitung probabilitas suatu email termasuk spam atau tidak.
  • Semakin baik fitur-fitur yang dipilih, semakin akurat hasil klasifikasinya.
  • Akurasi dan performa algoritma juga dipengaruhi oleh metode pra-pemrosesan data yang dilakukan (seperti tokenisasi, stemming, dsb.).

e. Menggambarkan Model Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis sering digambarkan dalam bentuk model visual yang menjelaskan hubungan antara komponen atau variabel utama. Model ini bisa berupa diagram alur, diagram relasional, atau bentuk lain yang sesuai.



Berikut adalah contoh sederhana model kerangka teoritis untuk penelitian Naive Bayes:

[Data Email] ---> [Preprocessing] ---> [Ekstraksi Fitur] ---> [Naive Bayes Algorithm] ---> [Output: Spam/Non-spam]


Penjelasan model:
  • Data Email: Input data berupa email mentah.
  • Preprocessing: Melibatkan proses seperti penghapusan stop words, tokenisasi, stemming, dll.
  • Ekstraksi Fitur: Proses mengambil fitur penting dari email untuk dianalisis.
  • Naive Bayes Algorithm: Algoritma yang digunakan untuk mengklasifikasikan email berdasarkan fitur yang diekstraksi.
  • Output: Keluaran berupa klasifikasi email, yaitu spam atau non-spam.

f. Menyusun Hipotesis (Opsional)

Jika diperlukan, peneliti dapat menyusun hipotesis berdasarkan kerangka teoritis. Hipotesis adalah asumsi sementara yang akan diuji melalui penelitian. Misalnya, dalam penelitian Naive Bayes:
  • Hipotesis 1: Algoritma Naive Bayes memiliki tingkat akurasi tinggi dalam klasifikasi email spam.
  • Hipotesis 2: Penggunaan fitur yang relevan dari email dapat meningkatkan akurasi Naive Bayes.

g. Validasi Kerangka Teoritis

Langkah terakhir adalah memvalidasi kerangka teoritis dengan melakukan tinjauan oleh dosen pembimbing atau ahli di bidang terkait. Mereka akan memberikan masukan tentang kekuatan teori yang digunakan, hubungan antar variabel, dan kelayakan penelitian.


Contoh Penerapan Kerangka Teoritis dalam Bidang Komputer

Sebagai contoh, berikut adalah aplikasi kerangka teoritis untuk penelitian di bidang Deep Learning:

Topik: Penerapan Convolutional Neural Networks (CNN) dalam Pengenalan Gambar untuk Deteksi Objek.
  • Teori Dasar: CNN menggunakan prinsip dari jaringan saraf tiruan (Neural Networks) dan deep learning. Dalam konteks pengenalan gambar, CNN adalah salah satu arsitektur yang paling umum digunakan.
  • Variabel Kunci: Input berupa gambar, hasil dari lapisan convolutional (fitur dari gambar), hasil dari pooling layer (penyederhanaan fitur), output berupa prediksi objek.
  • Hubungan Variabel: Fitur gambar diekstraksi melalui lapisan convolutional, disederhanakan melalui pooling layer, dan diproses dalam fully connected layers untuk menghasilkan prediksi.

Model Teoritis:

[Input Gambar] --> [Convolutional Layer] --> [Pooling Layer] --> [Fully Connected Layer] --> [Output: Deteksi Objek]


Kesimpulan

Kerangka teoritis merupakan komponen penting dalam sebuah skripsi bidang komputer karena memberikan dasar konseptual bagi peneliti untuk merumuskan, menganalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian. Tahapan penyusunan kerangka teoritis dimulai dari identifikasi topik, tinjauan literatur, identifikasi variabel, menggambarkan hubungan antar variabel, hingga menyusun model visual.

Dengan kerangka teoritis yang baik, penelitian akan lebih terarah dan terstruktur. Ini juga membantu peneliti dalam memahami serta menjelaskan hasil penelitian secara logis dan mendalam.